" BUKU HARIAN IBLIS " (Part 34)


Part -34

Nabi Nuh

Namun aku tak cemas. Kehadiran orang-orang dengan kualitas semacam itu, tak akan banyak menghambat rencana operasionalku. Aku telah banyak mengukir kemenangan di setiap kurun zaman. Hampir setiap orang suci mengenal siapa aku.

Dan aku hampir mengenal setiap orang suci. Bahkan adakalanya, secara tanpa sengaja, orang-orang suci itu justru mempercepat proses operasionalku. Sebagai contohnya, adalah Nabi Nuh.

Diantara manusia yang mendapat usia yang sangat panjang. Adalah Nabi Nuh. Dia pernah hidup bersama umatnya tak kurang dari sembilan ratus lima puluh tahun di tengah-tengah umatnya. Sepanjang masa itu, dia menyeru umatnya untuk mengikuti jalan Allah. Namun hanya sedikit di antara mereka yang ikut. Selebihnya, sengaja mengingkari bahkan mengganggunya. Nuh memohon kepada Allah agar bencana di datangkan kepada mereka. Dan Allah mengabulkan.


Kapal Nabi Nuh

Nuh di perintahkan membuat kapal besar, yang bisa memuat semua jenis makhluk hidup. Tuhan akan mendatangkan hujan lebat dan banjir besar, sehingga tak satu pun dari mereka yang selamat.


Setelah tiba waktu yang di tentukan Allah, aku menyusup ke kapal besar itu. Menyamar sebagai salah satu penumpang. Namun, Nuh melihat kehadiranku.

Iblis  &  Nabi Nuh


“Siapa Anda?” tanya Nuh ingin tahu.

“Aku Iblis!” jawabku. Aku berterus terang. Semua manusia pasti tahu siapa aku. Zaman Adam sampai detik kiamat nanti. Mengapa aku harus berbohong dan menyembunyikan niat jahatku.
Karena bagaimanapun, tidak semua yang diketahui akan diikuti manusia.

“Mengapa kau ikut kami?” tanya Nuh kembali.

“Aku bukannya berniat ikut kapalmu karena ingin selamat. Namun aku ingin mengganggu hati para pengikutmu. Biarlah tubuhnya bersamamu, sedang hati mereka bersamaku!”

“Keluarlah dari kapalku!” hardik Nuh.

Namun aku tak peduli. Tetap diam.

“Enyahlah kau!”

Namun, Allah mengilhami Nuh untuk menanyakan  dua kiat yang ku sembunyikan.

“Aku tidak berminat pada tiga kiatmu. Katakanlah dua kiat yang lainnya!”

“Baiklah!” aku tak perlu menyembunyikan niat jahatku. Toh, manusia tetap pander terhadap hal-hal yang diketahui sekali pun. “Ketahuilah, aku berusaha membinasakan manusia dengan dua cara. Pertama : dengan cara menanamkan sifat dengki. Kedua, menumbuhkan nafsu serakah dalam jiwa mereka. Karena dengki aku lelah di laknat Allah dan aku menjadi setan yang terkutuk. Sedangkan serakah telah mengeluarkan Adam dari surga. Dia menghalalkan makanan yang telah di larang Allah. Dengan dua sifat itu, aku dan Adam dikeluarkan dari surga”.

Sebelum semua penumpang kapal besar itu mendarat, aku datang lagi kepada Nuh.

“Aku sangat berterima kasih kepadamu, Nuh!”

“Terima kasih apa ?” tanyanya heran.

“Permohonan doamu agar orang-orang kafir itu dicelakakan telah dikabulkan Allah. Dengan demikian, kau telah meringankan bebanku”.

Nuh tercenung.

“Wahai Nuh, jangan sekali-kali kau mendengki, karena dengki telah mengantarkan aku jadi begini. Dan jangan juga serakah, karena sifat itu telah menyengsarakan Adam”.

Adakah contoh yang lebih bagus dari pada cerita Nuh itu? Akh, itulah sekelumit catatan kesuksesan petualanganku sebagai makhluk terkutuk. Oleh karena itu, aku tak pernah cemas menghadapi siapa pun. Apalagi pendulum zaman sekarang sudah banyak mendukung rencana-rencanaku. Zaman berputar sangat cepat dan beringas. Manusia modern tak akan menunggu hadirnya manusia suci untuk mengubah nasibnya.

Bahkan seorang bangsat pun akan mendapat dukungan massa apabila menjanjikan harapan-harapan yang menggiurkan. Dan tak kurang-kurang manusia suci sekali pun gagal dan di tinggalkan masyarakatnya, ketika suaranya terdengar bertolak belakang dengan kemauan mereka. Solidaritas massa menganggap kemauannya sebagai kebenaran dan keadilan. Mereka tak butuh orang suci !

Tortotor ? Akh, boleh jadi ia manusia luar biasa. Tatapan matanya sanggup menggetarkan jantung dari setiap makhluk yang hidup. Ucapannya sanggup membuat mekar kuncup bunga. Tangannya sanggup mendinginkan bara api dan genggamannya sanggup melelehkan baja sekalipun. Namun bagaimana pun perjalanan hidupnya akan mengalami nasib sebagai dongeng belaka. Cobalah tengok ! Sejarah adalah miliknya orang-orang besar. Sejarah tidak melahirkan manusia besar. Tetapi sebaliknya.

Orang-orang besarlah yang menciptakan sejarah. Ya, sejarah adalah perjalanan orang-orang besar saja. Baik besar dalam kebaikkannya maupun kebangsatannya. Dan Tortotor tak memenuhi kriteria itu. Ia bagaikan debu menyerpih di keluasan alam semesta. Hilang dalam kegelapan sejarah.

Ada contoh terbaik untuk orang-orang semacam Tortotor. Dia tak lain dan tak bukan Nabi pengelana Zaman. Nabi Khidir. Walaupun ia pernah di jadikan hujjah mengalahkan kealpaan Nabi Musa, yang pernah sesumbar bahwa dialah manusia terbaik dan terpandai yang pernah di lahirkan, namun kehadiran Khidir tak mampu menghadang keberingasan sejarah manusia. Kehadirannya di tengah masyarakat sama gelapnya dengan kepekatan malam gulita. Sejarah hidupnya menjadi sekedar mitos dan dongeng belaka.

Pikiranku terus berkelebat.

Ya, sesungguhnya dalam banyak hal aku dan anak-anak cucuku telah banyak mengukir sejarah. Sejarah yang mengguratkan betapa banyak manusia yang terpedaya.

Mereka terguling dalam kehinaan sebagaimana belanga terjatuh. Demikian juga, langgam kehidupan modern yang serba cepat, keras dan kejam, membuat segala macam tatakrama, aturan bahkan kitab suci sekalipun, bagaikan kertas tisu belaka. Dipergunakan bilamana perlu dan kemudian di campakkan.
Tiba-tiba terdengar erangan Morgin. Rupanya orang dogol itu sudah siuman.

“Bos, apa Tortotor sudah kembali?” tanyanya kemudian.

“Seharusnya akulah yang menanyakan itu. Apakah mungkin ia kembali?” tukasku kesal.

“Ia selalu tepat janji. Pasti ia muncul, Bos!” jawabnya ragu. “Namun Bos jangan terlalu yakin. Aku pun meragukannya”.

Jawabannya membuatku dongok sekali. Namun aku berusaha menekan kemarahan. Sialan benar orang satu ini. Tak ku sangka makhluk manusia ternyata sedemikian menjengkelkan. Seandainya tak ada rencana lebih besar, mau rasanya meng-udal-udal sampai nyawanya tak sudi bertengger di ubun-ubunnya.

“Morgin,” kutatap matanya. Dapat kupastikan pengaruh minuman keras sudah reda, sehingga otaknya mulai sedikit beres, “maukah kau melanjutkan ceritamu tentang temanmu itu?”

“Maksud Bos cerita tentang Tortotor ?”

“Ya!”

“Akh, rupanya latar belakangnya juga menarik minat Bos.”

“Begitulah kira-kira.”

Getaran listrik statis


Namun sebelum Morgin sempat membuka mulut, kurasakan adanya getaran listrik statis pelan-pelan merasuk keruangan kamar. Ya, aku rasa seorang yang memiliki kemampuan psikogenetis  tengah menjelang kediaman Zalbak. Aku berdebar-debar.

“Baiklah, Bos; aku mulai………..”

“Diamlah kau Morgin !”

Getaran itu semakin kuat kurasakan. Dan orangnya tak mungkin salah pasti sudah ada di pintu depan.



” Karya Herly Sauri “

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment