'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 46)

Part - 46


Setelah berkali-kali aku gagal. Maka aku segera memperalat Fir’un yang berseteru dengan Nabi Allah Musa. Fir’un kukendalikan untuk meminta doa mengalahkan Musa dalam peperangan.Karena doa Bal’an sangat ampuh. Sekarang berdoa, seketika itu juga Tuhan akan mengambulkan.

Namun usaha-usaha Fir’un senantiasa kandas. Karena tak mungkin Bal’an mencelakakan Utusan Allah.
Akhirnya, Fir’un mendapat siasat jitu.. Tentu saja itu ilham yang datang dariku, yang kulontarkan kejidat angkara murkanya itu. Fir’un memperalah istrinya dengan pelbagai macam hadiah perhiasan mutu manikam.

Ah, dasar perempuan! Akhirnya, istrinya sendiri yang mendesak untuk mengabulkan permohonan Fir’un. Akhirnya, dengan semangat pejabat korup Bal’an meluluskan desakan istrinya.

Dengan syarat, bahwa doa yang akan di panjatkan sekadar untuk menggagalkan peperangan, sehingga peperangan gerilya yang semestinya berhasil dilancarkan Nabi Musa menjadi gagal karena hujan yang diminta oleh Bal’an kepada Tuhan.

Namun sebaliknya, sejak saat itu Tuhan mencabut pangkat Bal’an sebagai salah satu kekasih Allah. Ia dicampakan Tuhan sebagai makhluk hina dina.

Tidak mustahil Bang Xis mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu pula. Aku harus melacaknya dengan cermat. Tokoh satu ini diam-diam menumbuhkan semangat juangku.

Hm, gairah sebagai penakluk mulai mengecambah dijiwaku bagai kebun sayur saja  layaknya.

“Mari kita masuk menemuinya, Dom!”

“Apa yang kita lakukan, Bos?”

: Menjalin hubungan kemitraan tertentu. He he he ……..!”

Aku berhenti di depan pintu gerbang yang tertutup. Pintu besi itu tak segera terbuka. Di kiri kanan pintu gerbang bertengger kamera monitor.

Kubuka jendela mobil dan memperlihatkan diri. Namun pintu besi itu tetap tertutup.

Tiba -tiba dari gerombol tanaman hias dikiri kanan pintu gerbang muncul dua orang. Mereka menghampiri mobil.

“Aku ingin menjumpai Pemimpin kalian!”

Dua orang itu saling pandang  dengan curiga.

“Keluar kalian dulu!” perintah seorang diantaranya dengan nada kasar.

Aku dan Domokus segera keluar mobil. Dengan perasaan cukup kesal kuhadapi mereka. Namun sungguh diluar nyana, mereka justru langsung menghajarku bertubi-tubi. Domokus juga tak beda. Sesekali aku sempat memberi isyarat mata kepada Domokus. Aku pura-pura tak berdaya dibuatnya. Dan Domokus juga pura-pura pingsan.

Mereka melemparkan aku dan Domokus kedalam mobil. Seorang diantaranya segera membawa mobil itu masuk. Hm, hanya dengan cara konyol ini aku bisa masuk ke sarang mereka.

Mobil berhenti didepan pintu utama gedung mentereng itu. Dua penjaganya segera menyambutnya tergesa-gesa.

“Aku membawakan dua orang yang mencurigakan!”

Tanpa banyak bicara, dua orang itu segera menyeretku keluar mobil.

Aku dan Domokus digiring masuk di bawah ancaman senjata yang mereka sembunyikan di balik jaketnya. Rupanya, walaupun di sarangnya sendiri, mereka pun menjaga diri agar tak tampak adanya sesuatu yang berbau sangat kekerasan.

Di tingkat tiga, dua penjaga itu menyerahkan aku dan Domokus kepada orang lain.

Dengan pandangan penuh selidik. Bang Xis menyambut map itu. Membuka dan membacanya beberapa saat. Beberapa kali matanya mencuri pandang kearahku.

Mereka berbisik-bisik sebentar. Kemudian dua penjaga tadi keluar.



” Karya Herly Sauri “

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment