Part - 39
Iblis merencanakan untuk menjatuhkan martabat manusia
PHENOMENON
Berkas-berkas itu membuatku semakin hati-hati bertindak. Sebagai makhluk terkutuk memang jarang aku terikat oleh disiplin dan keteraturan. Gasak dulu baru berpikir resiko itu sifat dasarku. Namun, setelah sekian lamanya aku tak juga bersua dengan bakal musuh mulai timbul kekesalan dan penyesalan. Ya, mengapa dahulu aku tidak langsung menghantam orang itu, malah membuat ulah menyaru sebagai Zalbak.
Penyaruanku sebagai Zalbak ternyata banyak kendalanya. Apalagi aku sekarang mulai mengetahui banyak tentang manusia ular itu, paling tidak aku pun harus mengikuti permainan sebagai tokoh Zalbak, sialan!
“Nanti malam, datang ke gudang. Di jemput!”
Isinya sangat ringkas. Dan di bagian bawah tertera tanda tangan cakar ayam. Namun dari guritan garis-garisannya yang kuat menandakan karakter pribadi orangnya.
Tai ayam, umpatku dalam hati, sekarang ternyata sudah aku harus bekerja di bawah komando orang lain. Surat itu kuremas sampai hancur menyerpih dan kemudian aku telan. Glek! Sialan, aku sampai lupa makan kertas saking mendongkolnya. Huassyiim! Nah, batuk Iblis kan.
Zalbak library room
Di ruang perpustakaan Zalbak, aku duduk termangu-mangu untuk beberapa lamanya. Aku harus memutuskan sesuatu sekarang. Aku tak mau tantangan anak-anak cucuku itu tertunda-tunda lebih lama lagi.
Berkas-berkas yang kuterima dari Fedrik tempo hari, tak lepas-lepas di tanganku. Akh, berkas-berkas ini sudah banyak berbicara kepadaku. Kondisi dan situasi yang kuhadapi sekarang tak banyak berbeda dengan kurun-kurun masa yang telah kulampaui. Manusianya hanya maju dalam peradaban dan kebudayaannya saja, Namun kualitas manusianya tetap sama saja. Peradaban dan kubudayaan hanya mampu mengubah manusia dari segi lahiriah, sedangkan batinnya tetap rapuh.
Di lain pihak, dengan banyaknya pengalaman dan petualangan, trik-trik yang kumiliki semakin canggih saja. Aku kok!
Untuk menjebak manusia tapi ini juga rahasia, lo aku harus memperhitungkan jenis manusianya. Untuk jenis garong, baik dari kalangan pejabat, konglomerat, rohaniawan, aku menggunakan strategi yang paling kasar. Langsung dan tepat dan pasti ampuh. Karena manusia-manusia jenis itu pada dasarnya sudah menjadi setan sebelumnya di goda setan sekalipun. Sedangkan strategi pamungkas hanya di peruntukkan menghadapi orang-orang beriman dan bertakwa.
Sayangnya, manusia-manusia sekarang sudah jarang cukup beriman dan bertakwa. Akhirnya, cara-cara yang paling kasar sering dipakai dan berhasil. Oleh karena itu, anak-anak cucuku, tanpa minta restu atau katabelece dariku sebagai pucuk pimpinan, mengumbar segala macam trik-trik yang kuwariskan itu. Akhirnya, trik-trik itu kuizinkan go public. Hehehe.
Dalam menggoda manusia, aku memiliki tujuh strategi. Pertama kutawarkan kekufuran. Mengajak semua orang menolak agama, menolak eksistensi Tuhan, membuang risalah para rasul dan melecehkan kebenaran semua kitab suci sebagai barang sampah. Apabila sasaran sudah termakan perangkapku, maka muncul anggapan bahwa agama lambang keterbelakangan dan agnotisme sebagai lambang kemajuan. Lihat, bukankah bangsa-bangsa maju sudah banyak yang berpaling dari agama? Manusia maju adalah manusia yang rasional, secular, dan individual. Sedangkan kaum beragama adalah mereka yang irasional, dogmatis dan kaum budak.
Bila strategi yang pertama gagal, sodorkanlah strategi yang kedua. Biarkan mereka tetap beragama, tetapi jebaklah dengan berbagai macam bid’ah. Sampai manusianya tak mengenali mana ajaran Tuhan dan rasulnya dan mana ajaran bid’ah hasil rekayasa manusia, kablinger. Karena bagaimana pun baiknya bid’ah hasil rekayasa manusia, dalam masalah ajaran kebenaran agama itu mutlak wewenang Tuhan.
Bahkan boleh di kata seorang nabi dan rasul tak berhak mengada-adakan sebuah ajaran di dalam masalah agama. Nabi atau rasul hanya penyambung lidah dari Tuhan. Namun, aku rekayasa sebuah bid’ah semanis dan sebaik mungkin, sehingga manusianya mabuk dengan amaliah yang bersifat subversive terhadap kewenangan Tuhan itu ! He he he he.
” karya Herly Sauri “
0 comments:
Post a Comment