Part - 4
GENESIS
“Wah, Bos sudah menganut birokratism, kalau begitu!” “Aku tak peduli ………!” Jeritku sambil menendang seekor setan yang kebetulan ada di dekatku. ”Ketidak disiplinan kalian membuatku frustasi!” “Nah. Kalau tak keliru Bos terjangkit brain fag syndrome!” tuding seekor setan disamping.
Para keturunan setan berkumpul
“Apa itu?” dengusku marah. “Kelelahan otak karena terlalu banyak berpikir!” katanya cengengesan. Atau sudah waktunya Bos mengambil masa pensiun. !” Tanpa dinyana terjadi keributan luar biasa. Setan yang tadi memberi nasehat tiba-tiba digebuki oleh setan-setan yang lainnya. Tak ampun lagi, setan nahas itu jadi hancur lebur. Untungnya ia makhluk setan, sebentar kemudian pulih kembali sebagai setan. Bahkan ia tampak lebih segar dari semula.
“Tak setuju, tak setuju, tak setuju………!” teriak seekor bangkotan setan. “Nasehatnya itu jelas-jelas mempunya indikasi untuk mencetuskan coup d etat tersembunyi!” “Diaaaaaam………!” Bangkotan setan itu kutangkap dan kucekik sampai kehabisan nafas, setelah itu, kulempar kebarisan balatentaranya. “Aku tak butuh nasehat atau komentar apapun”.
“Wah, Bos sudah terjangkit penyakit pemimpin kalangan manusia, tak mau mendengar nasehat baik!” Kembali aku berteriak. Setan usil itu ku tangkap dan kucekik sampai keluar air liurnya. Setelah nyaris mampus, kulempar kuat-kuat. Bergedebuk di kejauhan. Pingsan mungkin sampai pekan depan.
Keributan terus berlangsung. Setan-setan keparat itu tak mau diatur. Bahkan setan barisan belakang, melompati kepala teman-temannya untuk duduk didepan. Membuat keributan baru. “Baiklah kalau kalian bertindak seenaknya,” aku nervous sekali. “Aku pergi saja”.
“Lo, mau kemana, Bos?” “Aku frustasi mengurus kalian. Sekarang uruslah diri kalian sendiri. Aku mau bertobat dan mau sembahyang saja kepada Tuhan!” ancamku sambil tersenyum dalam hati. Serentak kemudian, suara ribut luar biasa itu terhenti seketika mereka menatapku dengan pandangan tak terpercaya dan sedih. “Aku mau bersujud kepada Adam, anak-anakku!” Bagaikan air bah, serta merta setan-setan itu bersimpuh di bawah kakiku (maksudku, di bawah sepatuku, he he he ………).
“Bos jangan tinggalkan kami. Kami memang pembuat kerusuhan dan kerusakan. Tetapi janganlah sampai tanpa timbang rasa Bos merendahkan diri. Bagaimanapun derajat kita lebih tinggi dari Adam. Kita di ciptakan dari inti api yang perkasa, sedangkan Adam di ciptakan dari sekepal tanah hitam yang hina”.
“Kalian akan tetap menjadi makhluk yang dibenci dan dimusuhi. Dikutuk dari zaman ke zaman, wahai anak-anak cucuku!” aku melengos pura-pura enggan. “Biarlah, biarlah kami dibenci, dimusuhi dan dikutuk sepanjang zaman. Asalkan kami tetap merasa terhormat dalam kehinaan takdir yang tragis itu.”
“Ketahuilah, anak-anak cucuku, apabila kalian tetap bertahan dengan sikap itu, maka nerakalah imbalannya!” air mataku tanpa terasa menggenangi pelupuk mata. Oh, ternyata setelah zaman demi zaman berlalu, kiranya aku masih bisa meneteskan air mata. menangis manakala mendengar suara jeritan anak-anak cucuku. Ternyata mereka sanggup bersikap tegar dalam mengemban nasib yang penuh prahara dan huru-hara itu. “Pikirkanlah sebelum memutuskan!”
“Telah bulat tekad kami, Duhai Iblis Bapa kami!” sahut setan-setan itu bersamaan. “kami pilih neraka sebagai tempat kembali. Tak mustahi neraka memang pantas dan patut untuk kami. Karena kami di ciptakan dari api, maka ketempat apilah sepantasnya kami kembali!”
Pelan-pelan aku memperoleh rasa percaya diri lagi. Aku tengadah. Menatap kekelaman langit. Seakan-akan disana ada sesuatu yang mengintip dengan kekuasaanya. “Wahai Yang Awal dan Yang Akhir. Engkau yang telah memberi tangguh umur kami hingga tibanya hari kiamat nanti. Maka saksikanlah tekad kami, menghancurluluhkan umat manusia untuk bersama-sama berbuat kemungkaran kapadaMu!”
” Karya Herly Sauri “
0 comments:
Post a Comment