Part - 7
GENESIS
Kapan berdiri penuh dengan kesabaran dan penuh perhitungan. Aku tengadah. Matahari terik sekali. Siag bolong. Namun jalanan tampak lenggang. Aku bersyukur. Demi buntut ikan pari, untung benar aku! Mobil sedan panjang itu tampak dari kejauhan. Melesat dengan kecepatan sedang.
Pada saat itu, aku segera mentransformasikan wujudku sebagai sebuah kendaraan truk beroda delapan belas melaju dengan pesat dari arah yang berlawanan. Tentu saja, mobil limosine hitam itu blingsatan. Sopirnya tak menyangka akan berpapasan dengan truk raksasa di tikungan tajam dalam kecepatan tinggi.
Tentu saja tak ada pilihan lain untuk menghindari tabrakan tragis, ia membanting kemudi Fatal akibatnya! Sebuah jurang curam menunggunya. Jurang yang membatasi tepi jalan di tikungan itu. Sedan hitam itu bagai terbang layaknya. Masuk ke mulut jurang.
Setelah beberapa kali menghantam karang tebing, mobil limosine itu terkapar di dasar jurang. Sebentar kemudian, terdengar letupan dahsyat. Mobil hitam itu terbakar hebat. Ledakkannya melemparkan beberapa bagiannya ke angkasa. Aku tersenyum.
Namun sekilas, aku lihat sosok tubuh terkapar beberapa meter dari mobil nahas itu. Barangkali ia terlempar sewaktu mobil limosine itu beberapa kali menghantam tebing jurang. Aku melayang ke dasar jurang. Memastikan apakah tiga penumpangnya sudah betul-betul mampus semua. Melihat ciri-cirinya, tak mungkin salah mayat itu adalah pengawal Zalbak. Akibat dari kecelakaan itu, wajah pengawal itu hancur lebur bagaikan pecahan terkena granat. Bibir dan lidahnya berubah menjadi bubur merah.
Dari sisa kobaran api yang menjilati badan mobil, kulihat dua sosok mayat terbakar di dalamnya. Tak bisa tidak, mayat Zalbak dan sopir pribadinya. Sebelum tubuh Zalbak habis terbakar, aku menyibak kobaran api. Kemudian, secepat kilat kutarik mayat Zalbak.
Beberapa saat, tubuh Zalbak kupakai layaknya memakai baju saja. Dalam tempo tak lama, aku telah memperoleh tubuh kasar sebagian manusia sempurna. Dengan kelebihanku, dalam sekejab luka-luka akibat terhempas ke jurang dan hangus akibat kebakaran, sembuh sama sekali. Bahkan tubuh kasar Zalbak yang sedang kupakai itu seperti tak mengalami sesuatu apa pun. segar bagaikan sayur mayur yang baru di petik langsung dari kebunnya.
Tak menunggu lebih lama, aku segera menghubungi pihak kepolisian bahwa terjadi kecelakaan tragis. Dan kepada polisi, kujelaskan kedua orangku telah tewas dan meminta orang-orangku untuk datang menjemput.
“Bapak ini siapa?” tanya polisi itu dari seberang telepon.
“Zalbak!” ucapku tegas.
“Oh, kiranya Bapak Zalbak,” sahut polisi piket itu gugup. Barangkali tak menyangka orang yang menghubungi adalah orang penting. “Baik, baik, Pak!; kami segera menangani musibah yang Bapak alami!” “Terima kasih!”
*****
Walaupun sekarang aku sebagai Zalbak tak mengalami cedera apa pun, namun aku harus istirahat total. Dokter pribadiku —- maksudku dokter pribadi Zalbak ——- menasehati untuk istirahat di bawah kontrol ketat beberapa dokter ahli.
“Mungkin saja Pak Zalbak tak menderita cedera, tetapi tak bisa tidak Bapak mengalami keguncangan jiwa akibat ketegangan, “kata dr Admon. “Maka sudah kewajibanku selaku dokter yang makan gaji, menjaga kondisi kesehatan Bapak sebaik mungkin!”
” Karya Herly Sauri “
0 comments:
Post a Comment