Part - 13
“Sudah, diaaam …….!”
Dengan wajah tololnya, akhirnya Morgin bungkam. Aku tak habis pikir, bagaimana orang dengan wajah tolol seperti Morgin masih memikirkan nama baik dan kehormatan.
Bukankah sebaliknya sifat yang sering di tunjukkan oleh kebanyakkan manusia, demi sebuah tujuan manusia rela kehilangan nama baik dan kehormatan.
Dan hal itu terbukti oleh kesalahan pertama yang dilakukan oleh nenek moyang manusia sendiri. Adam.
“Tetapi, aku pikir ……….” celetuk Morgin.Dan hal itu terbukti oleh kesalahan pertama yang dilakukan oleh nenek moyang manusia sendiri. Adam.
“Diam kau,” aku benar-benar kesal.
“Aku membutuhkanmu bukan untuk berpikir. Dan harus tahu satu hal, Morgin…….”
“Apa, Bos?”
“Orang dengan model kepala seperti milikmu itu selamanya tak bisa di gunakan untuk berpikir,” tukasku tepat dengan nada tajam dan sinis. “Catat kata-kata itu!”
Seketika wajah Morgin merah padam. Matanya menatap tajam. Kulihat dari riak wajahnya ada kobaran kemurkaan. Dan benar juga, Morgin menyuruh sopir menghentikan kendaraan.
Pelan-pelan ia membuka pintu sambil berkata.
“Bos, aku tersinggung. Bagaimana pun wajahku tampak bebal. Namun otakku tak setolol wajahku. Mulai hari ini, aku ingin berhenti bekerja!”
Morgin keluar. Wajahnya masih merah padam. Aku tak menyangkah Morgin akan semarah itu. Aku perhatikan ceruk matanya. Aku tahu sesungguhnya Morgin sama sekali tak menghendaki keputusan yang baru di ucapkan. Hanya karena aku telah menyerang harga dirinya, maka Morgin mengambil keputusan yang bertentangan dengan hatinya sendiri. Bagaimana orang semacam Morgin membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Aku menunggu. Tak lama lagi, orang ini akan menyembah untuk mengubah keputusannya. Namun, Morgin tetap membisu. Hanya matanya yang terus menatap tajam. Lewat sinar matanya. Morgin mengharap aku berbelas kasihan untuk mengajaknya kembali dan memaafkan kesalahannya.
Namun, aku justru merasa tertantang. Betulkah dengan dalih demi membela harga diri, manusia sanggup melakukan apa saja. Termasuk kehilangan pekerjaan sekalipun butuh!
Perjalanan menuju rumah kediaman Domokus
“Berangkat, Pir!” aku memerintah sopir untuk menjalankan kendaraan. Dan Morgin tetap menatapku tajam. “Selamat tinggal Morgin!”
“Selamat tinggal, Bos!”
“Apabila kau butuh pesangon datanglah besok!”
“Terima kasih. Tapi aku tak butuh pesangon!” Teriak Morgin sesaat kendaraan mobil berjalan.
“Aku tersingggung, Bos!”
Kendaraan mulai beranjak pelan-pelan. Dari kaca spion, kuperhatikan Morgin. Aku berharap sebentar lagi ia akan berteriak memanggil. Namun, ia tetap berdiri mematung. Hanya sorot matanya saja yang menatap tajam. Sialan betul si dogol itu!
Ketika mobil limousine itu hampir mencapai perempatan, kusuruh sopir kembali.
“Kita terpaksa jemput dia kembali, Pir!” geramku. “Setidaknya aku masih membutuhkan sebagai petunjuk jalan!”
Senyum samar terlihat di wajah sopir. Membuatku kembali dongok. Kampret!
*****
Kendaraan limousine itu menuju keluar kota. Di sebuah tempat yang cukup jarang terdapat rumah-rumah penduduk, Morgin menyuruh sopir berhenti.
“Dimana rumahnya, Morgin?”
“Bos lewat jalan setapak ini,” tunjuk Morgin. “Beberapa meter nanti terdapat tanah lapang. Di seberangnya, ada kebun kelapa. Di tengah kebun kelapa itulah rumahnya”.
Aku turun bersama Morgin. Sedangkan sopir tetap tinggal. Jalan setapak yang ku lalui itu di batasi pohon-pohon singkong yang bertumpangsari dengan pohon-pohon nenas.
Bencana kerusakan oleh anak-anak cucu Iblis
Di mana-mana kerusakan berkelebatannya anak-anak cucuku . Namun di sekitar tempat tinggal Domokus, kerusakan kehadiran mereka sungguh tak terbilang jumlahnya. Barangkali tempat tinggal Domokus telah di jadikan sarang persembunyian anak-anak cucuku. Aku yakin orang semacam Domokus telah membuat ketentraman dan kemakmuran setan-setan itu!
Ketika sampai di tanah lapang. Kebun kelapa itu memang sudah tampak. Dan di antara deretan-deretan pohon-pohon kelapa yang berjajar rapi., seseorang berdiri. Sikapnya seperti menunggu kedatangan seorang tamu.
“Bos, dia telah menunggu kita rupanya!”
Aku mendengus lewat hidung.
Dari kejauhan, aku sudah mencium jejak siapa sesungguhnya yang berdiri di belakang layar Domokus. Tak lain tak bukan adalah Jin Iffrit.
Dialah yang membuat Domokus mempunyai kemampuan melebihi manusia kebanyakkan. Rahasia-rahasia dari langit yang berhasil di curinya, oleh Jin Iffrit langsung dipatukkan ke jidat Domokus.
Menurut Morgin, Domokus memiliki kelebihan itu setelah melakukan tapa brata atau semacam latihan rohani.
Aku yakin, latihan rohani atau tapa brata Domokus bukan berdasarkan tuntunan agama. Maka sangat mudahlah Domokus dipermainkan. Selang waktu seminggu sampai sebulan, mulailah ia memasuki dan bersua dengan elemen-elemen alam gaib. Jin setan datang selaku roh-roh suci dari keabadian. Menawarkan jasa-jasanya untuk membantunya dalam segala hal.
” Karya Herly Sauri “
0 comments:
Post a Comment