Part - 6
GENESIS
Zaman terus beranjak. Dan banyak membaca jejak-jejak hasil rekayasa anak-anak cucuku di segala sector kehidupan umat manusia. Zaman ini telah menempatkan orang-orang yang bernafsu cemerlang kepuncak-puncak kedudukan istimewa. Bahkan nyaris lenggam perubahan dan perkembangan, zaman ini sesuai blueprint mbalelo pada setan. Manusia-manusianya mengikuti arus zaman secara sukarela. Ya, inilah zaman yang menciptakan perhambaan terhadap berhala-hala kemajuan.
Maka zaman ini pun menjadi sebuah panggung sandiwara. Sebagai pentas merajalelanya hawa nafsu. Sebagai pengembara yang cukup pas untuk zaman ini. Cobalah simak kata-kata Boris Pasternak yang diguratkan dalam novelnya yang kondang, dr zhivago: “Cobalah beri mereka tambang, demi Tuhan, sebentar lagi yang satu sudah mencekik leher yang lain”.
Lantas bagaimanakah dengan prinsip-prinsip kebenaran? Akh, zaman belakangan ini sudah tak banyak orang yang terlalu mencintai kebenaran. Bahkan orang sudah enggan mengutuk meskipun sebuah kebenaran direkayasa seenaknya. Maka yang lazim banyak di jumpai sekarang banyak orang memegang prinsip kebenaran disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan kata lain, kebenaran bukan lagi merupakan satu hal yang mesti ditaati.
Dalam satu sisi inilah, prinsip kebenaran menjadi proyek mercu-suarku yang paling utama. Menciptakan teror disekeliling prinsip kebenaran. Apabila sebagian besar orang merasa was-was dan rawan mengutarakan kebenaran. Maka makmurlah hidup anak-anak cucuku didunia ini. Kemungkaran akan bersimaharajalela tanpa harus di tutup-tutupi lagi. Bahkan orang dapat hidup makmur apabila berani menyingkirkan prinsip-prinsip kebenaran.
Dalam situasi dan kondisi seperti itu, aku tak perlu lagi bersembunyi dibalik tabir untuk menciptakan kerusakan dan kekafiran. Aku segera menyusup kedalam masyarakat. Dengan jalan menyaru sebagai manusia biasa.
Untuk menyempurnakan maksud dan tujuanku, satu korban kubutuhkan. Setidak-tidaknya agar rencanaku berjalan aman dan lancar. Zalbak adalah sebuah nama. Orangnya memenuhi segala persyaratan yang kuperlukan. Seorang pengusaha yang hidupnya tak terlampui bersih, namun mempunyai kedudukan yang cukup terhormat di dalam masyarakat.
Pada waktu ia mengadakan perjalanan, aku telah mengincarnya sebagai calon korban. Aku menunggu Zalbak sampai ke luar kota. Untuk mengurangi kemungkinan adanya saksi mata di luar perhitungan. Sedangkan dua orang, sopir dan pengawal Zalbak tidak terlalu sulit untuk menlenyapkannya.
Di sebuah tikungan di luar kota, aku menunggu lewatnya mobil limosine hitam yang di tumpangi Zalbak. Ketahuilah, saat menjelang detik-detik kebusukkan itu terjadi, sama sekali tak terlintas perasaan apa pun. Logika berbelas kasihan tak dikenal dalam duniaku. Dunia terkutuk. Oleh karena itu, kebusukkan tetap selamanya kebusukkan. Ini sangat berbeda sekali dengan dunia manusia. Mereka mengenal dunia tersebut.
Akhirnya, apabila terjadi tragedi kebusukkan di dunia manusia, tidak seketika itu juga dinilai sebagai kebusukkan. Banyak faktor yang harus di pertimbangkan, misalnya: politik, ekonomi, sosial, dan sebagai faktor-faktor yang lainnya. Dan bahkan, sebuah kebusukkan-kebusukkan bisa bernilai ekonomis. Di perjual belikan semacam paket yang bisa dipesan. Kapan dan dimana pun.
” Karya Herly Sauri “
0 comments:
Post a Comment