Part - 2
GENESIS
Sejak saat itu, tekadku bulat: hengkang dan membangkang. Dengan maksud sebenarnya ingin memperlihatkan suatu rasa kehormatan harga diri. Semacam watak yang bisa membebaskan dari kerusakan jiwa. Namun, dengan itu pula aku harus merelakan diri menanggung resiko yang paling tragis dalam sejarah penciptaan. Aku terlaknat dan terusir.
Iblis
Dendamku semakin menyala-nyala, manakala semenjak aku terusir dari sisi Tuhan, justru Adam semakin memperoleh kedudukan terhormat. Adam dan Hawa ditempatkan di dalam suatu janah, surga, atau sebuah taman yang indah dan permai.
Dengan dendam membara, aku melakukan bermacam-macam cara untuk menjerumuskan makhluk tanah liat itu. Adam sebagai manusia dibekali dengan akal dan nafsu. Akar yang disinari Nur Ilahi menuntunnya ke jalan yang benar. Sedangkan nafsunya bersifat mengajak kepada kejahatan. Hawa nafsu yang mempunyai kecenderungan ingin tahu dan melanggar batas itu, kupengaruhi tanpa kenal lelah.
Hawa nafsu mempunyai kekuatan sebesar 50% dalam menuntun kepada kejahatan. Pengaruh istrinya sebesar 15% dan kekuatan bisikanku sebesar 25%. Tak pelak, tinggallah kekuatan akal sehatnya hanya sebesar 10%. Dalam keadaan lemah itu, Adam memakan buah khuldi. Buah larangan.
Akhirnya, pelanggaran terhadap larangan Tuhan yang di lakukan oleh Adam itu, tercatat sebagai kemenanganku yang pertama. Dan dengan demikian, terlepaslah kedudukan istimewa Adam. Saat itulah merupakan saat pesta pora pertama yang tak terlupakan sepanjang sejarah. Aku merengguk anggur kemenangan. Sekejap aku dapat melupakan kepedihan luka hatiku terusir dari sisi-Nya.
Beberapa waktu berlalu, maka Tuhan menempatkan Adam dibumi. Semenjak pertama kali Adam menginjakkan kaki dibumi, jadilah bumi sebagai padang pertarunganku yang tiada henti-hentinya dengan manusia. Zaman demi zaman, dari satu pertarungan ke petarungan yang lainnya. Kerengguk kekalahan dan kemenangan. Kemenangan kujadikan kekayaanku. Dan kekalahan kujadikan pedoman perjuanganku. Tekadku satu : mengibarkan bendera prahara dan huru-hara.
Dibalik tabir pori-pori udara, berjuta-juta makhluk setan berpesta pora. Zaman kemajuan merupakan panen raya anak-anak cucuku. Kemajuan yang disertai perongrongan moral, membuat hawa nafsu merajalela tanpa batas. Manusia terjerumus besar-besaran berjuang dosa.
Namun ketahuilah, dalam palung hatiku terselip kesedihan. Sering aku tak menemukan musuh sepadan. Manusia-manusia bagaikan rumput kering, dihantam angin sedikit saja sudah berterbangan dan terkapar. Keperkasaanku sebagai makhluk api menjadi sia-sia belaka. Akhirnya, terbit penyesalan terhadap pembangkanganku terhadap Tuhan. Penyesalan lama berdarah lagi!
Perasaan berdosa sering menggoda. Mau tak mau aku teringat peristiwa pertemuanku dengan Nabi Musa. Pada suatu, ketika aku mendatangi Nabi Musa. “Hai Musa, kaulah yang dipilih Allah untuk membawa risalahNya. Dan kau pula yang pernah di ajakNya berkata-kata muka dengan muka”.
“Ya, akulah Musa. Penghulu di antara bangsa Israel!” sahut Musa. “Lantas siapa kau dan apa maumu?” “Aku adalah salah satu makhluk Allah yang telah berdosa. Dan kini, aku mau bertobat. Mohonkanlah kepada Allah, agar supaya menerima tobatku!” Nabi Musa menyanggupi. Ia segera memohon kepada Allah. Sedang beberapa saat, Musa memperoleh jawaban.
” Karya Herly Sauri “
0 comments:
Post a Comment