Part - 5
GENESIS
Langit kelam tetap bisu. Tak ada satu gerakpun tampak. Senyap menyelimuti bentangan langit jagad raya. “Aku akan membuat kerusakan dan kedurhakaan kepadaMu, Wahai Penguasa Alam Semesta!” pekikku menggelegar bagai petir. “Saksikanlah dan jawablah!''
Langit enggan disapa. Langit kelam tetap membisu. Tak ada satu gerakpun tampak. Senyap menyelimuti bentangan langit jagad raya. Aku tertunduk. Mengulum kemurkaan. Dalam saat itu, timbul sebuah prasangka, seakan-akan Tuhan membiarkan diri umat manusianya sendirian menghadapi aku. Percaya bahwa manusia akan sanggup mengalahkan tipu dayaku.
Pelan-pelan dadaku bergolak. Api dendam kesumat menyala kembali. Lebih hebat dari sebelumnya. “Bos, janganlah pernah Bos meninggalkan kami,” pekik-pekik setan-setan itu seperti tahu jalan pikiranku saja. “Marilah, kita hancurkan umat manusia!”
“Aku tak menemukan musuh sepadan,’’sahutku berat. ”Kalian sajalah yang melakukan.” “Bos keliru.’’sela seekor setan. ”Ada seorang musuh tangguh sedang menunggu. Kami sering dibuat kewalahan.” “Bawalah aku kepadanya. Aku sendiri yang akan turun langsung!” aku tak sabar. Semangatku jadi berkobar-kobar. “Siapa dia namanya?” Setan itu berbisik ketelingaku.
Mendengar nama yang disebutkan setan itu, seketika itu juga aku tercekat. Tertegun. Benarkah, benarkah, benarkah…..?” “Huahahaha ……….!” aku terpingkal-pingkal sambil memegangi perut. Tak sanggup menahan meledaknya tawa. “Huahehehe………..!”
“Lha, Bos malah ketawa ……….?!” “Kenapa Bos malah ketawa?” tanya setan yang tadi berbisik. “Apanya yang lucu………….?” Aku mengusap air mataku yang tertumpah karena tertawa. Berita yang kuterima, betul-betul mempunya sense of humor yang tinggi. “Apa alasan Bos tertawa seperti manusia yang lupa daratan?”
Aku diam sejurus. Kutatap anak-anak cucuku. “Aku tertawa karena sekarang terbukti bahwa anak-anak cucuku ternyata makhluk-makhluk tolol dan dogol!” aku menatap berkeliling. Setan-setan keparat itu bungkam seribu bahasa. “Bagaimana bisa manusia yang kalian sebut tadi merupakan musuh tangguh untuk melawanku. Kalianlah yang tolol!”
“Setan-setan itu tetap bungkam. Tiba-tiba seekor setan maju. Dengan penuh kesungguhan ia berkata: “Kalau tidak percaya, Bos buktikan sendiri!” Aku terbeliak. Rasa tersinggungku memuncak. Tak nyana kini aku di tantang oleh air kencingku sendiri. Anak setan keparat! “Baik. Akan kubuktikan kebenaran kata-kataku!”
*****
Thayyiz zaman
Iblis
Aku betul-betul melaksanakan ucapanku. Terjun kebumi manusia merindukan sebuah pertarungan langsung. Tetapi, percayalah; aku ingin segera tindak-tandukku dan gerak-gerikku secara transparansi. Agar terbaca oleh siapa pun. Lugas bukan keterusterangan?
Tapi bukan maksud agar supaya catatan ini dipergunakan untuk memperkuat dakwaan bahwasannya aku memang makhluk yang pantas di benci, di musuhi, dan dikutuk dari zaman ke zaman. Tidak! Justru kumaksudkan sebagai sebuah karya monumental. Yang menandai puncak prestasi dari kreasi salah satu makhluk yang takdirnya tetap terkutuk. Oh, ya, katakanlah catatan ini sebagai buku harian. Bolehkan aku mempunya buku harian?
” Karya Herly Sauri “
0 comments:
Post a Comment