Part - 3
Sabda Allah
GENESIS
“Hai Musa, telah aku perkenankan permohonan ini!” sabda Allah kepada Musa, “namun sekarang, suruhlah Iblis itu sujud hormat kepada makam Adam. Barulah ia berhak menerima pengampunanku.!”
Dengan gembira Nabi Musa segera datang menyampaikan syaratnya itu. mendengar Adam disebutkan kembali, seketika itu dadaku bergolak hebat. Mukaku serasa lebih hitam dari kegelapan, tak kuasa menanggung malu dan dendam kesumat.Pada saat itu pula, muncrat sifat takabur merajalela di hatiku. “Bagaimana sekarang aku harus bersujud kepada Adam sesudah matinya. Sedangkan di waktu hidupnya aku tak mau bersujud kepadanya”.
Nabi Musa nampak gelisah. “Lantas bagaimana sekarang?” “Tidaaaaaaaaaak. Aku tak mau…..!” Pekikku beringas. Dalam sekejap aku melesat ke puncak gunung. Menjerit dan memekik sejadi-jadinya. Emoooooh…!”
Sejak saa itu, aku jadi segan membincangkan masalah memperoleh grasi dari Tuhan. Kadung durhaka, lebih baik berbuat kerusakan sehebat-hebatnya sekalian. Menjerumuskan anak manusia ke jurang dosa. Sampai mereka menyesal pernah dijadikan manusia karena banyaknya dosa yang diperbuat.
Namun, dunia ini memang fana. Tak ada keabadian. Segalanya ada batas dan takarannya. Zaman demi zaman berlalu. Dan zaman ini membuatku makin kecewa. Semangatku seakan-akan ikut luruh. Aku tak menemukan tantangan dengan manusia-manusia sekarang. Lebih hina dari kerbau dungu. Ternyata kemajuan menciptakan manusia-manusia lebih lemah daripada rumput kering. Aku jadi bosan, jenuh, dan nervous sekali. Sialan, sialan, sungguh sialan!
Dalam kegalauan itu, aku ingat anak-anak cucuku yang bertebaran diseluruh penjuru ufuk. Ya, sudah sepantasnya, semua proyek kupercayakan kepada setan-setan keparat itu. Baiknya kupanggil mereka semua.
Melalui kaki tanganku sendiri , segera kusebar undangan untuk menghadiri pertemuan. Di mana aku akan membuat keputusan penting nantinya.
Ketika hari “H : yang telah ditentukan tiba, aku telah menunggu berkumpulnya para setan itu sejak pagi buta. Namun, tak seekorpun mereka menampakkan batang lehernya. Demi buntut kucing, betul-betul keparat setan-setan itu! Bahkan sampai sembilan hari masih juga mereka tak ada kabar beritanya. Tentu saja, kau menjadi murka. Bagaimana bisa undangan dari rajanya, sama sekali tak digubris. Dasar makhluk terkutuk!
Aku memutar otak, bagaimana caranya membuat setan-setan laknat itu datang dengan sendirinya. Tanpa berpayah-payah harus menjemput mereka satu persatu untuk menghadiri pertemuan besar. Tanpa berunding dengan setan manapun, aku segera membuat selebaran.
Mempermaklumkan sebuah ultimatum: “Apabila tak seekor setanpun menghadiri pertemuan mendatang, maka aku sebagai raja menyatakan mengakhiri pembangkangan dan menyatakan bertobat kepada Tuhan. Dan sehubungan dengan pelaksanaan perintahnya untuk bersujud kepada Adam, akan di atur dalam waktu sesingkat-singkatnya”.
Ttd, Aku
Iblis
Anak-anak cucu Iblis
Sungguh luar biasa pengaruh selebaran itu. Tanpa menunggu keesokan harinya, terjadi kegemparan di antara makhluk-makhluk terkutuk itu. Dari seluruh penjuru mata angin, berdatangan bangkotan setan lengkap dengan balatentaranya. Mereka bagaikan air bah. Mereka langsung menemuiku.
Dalam selang waktu tak seberapa lama, mereka segera menumpahkan segala kekesalannya.”Bagaimana bisa terjadi begini. Bos?” tanya seekor sambil memperlihatkan selebaran yang telah kumal. “Ini jelas menyalahi prinsip demokrasi. Adakan dulu referendum. Atau setidak-tidaknya adakan pool pendapat!”
“Kalian membuatku marah dan kecewa!” sergahku. “Bagaiman mungkin bisa di toleransi, undangan dari rajanya sama sekali tak digubris”.
” Karya Herly Sauri “
0 comments:
Post a Comment