'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 18)


Part - 18

“Ya, jin Iffrit, aku memang ragu. Karena apabila semua rahasia itu telah terungkap, maka akan tanggallah seluruh rasa bangga dan percaya diri kita sebagai makhluk yang diciptakan dari inti api!”
“Katakanlah, Bos;  bagaimanapun beratnya jiwa menerima, aku berusaha untuk mempercayainya!”



Iblis

Aku tengadah, menatap bubungan yang berbentuk joglo. Dari celah bubungan itu, masuklah berkas-berkas cahaya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

" BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 17)


Part -17

Pembangunan Peradaban manusia

“Pengalamanku sebagai kembara zaman mengharuskan aku berpendapat begitu. Manusia telah membangun peradaban, dan kemudian mereka menghancurkannya sendiri.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 2)

Part - 2
GENESIS
Sejak saat itu, tekadku bulat: hengkang dan membangkang. Dengan maksud sebenarnya ingin memperlihatkan suatu rasa kehormatan harga diri. Semacam watak yang bisa membebaskan dari kerusakan jiwa. Namun, dengan itu pula aku harus merelakan diri menanggung resiko yang paling tragis dalam sejarah penciptaan. Aku terlaknat dan terusir.

Iblis

Dendamku semakin menyala-nyala, manakala semenjak aku terusir dari sisi Tuhan, justru Adam semakin memperoleh kedudukan terhormat. Adam dan Hawa ditempatkan di dalam suatu janah, surga, atau sebuah taman yang indah dan permai.

Dengan dendam membara, aku melakukan bermacam-macam cara untuk menjerumuskan makhluk tanah liat itu. Adam sebagai manusia dibekali dengan akal dan nafsu. Akar yang disinari Nur Ilahi menuntunnya ke jalan yang benar. Sedangkan nafsunya bersifat mengajak kepada kejahatan. Hawa nafsu yang mempunyai kecenderungan ingin tahu dan melanggar batas itu, kupengaruhi tanpa kenal lelah.

Hawa nafsu mempunyai kekuatan sebesar 50% dalam menuntun kepada kejahatan. Pengaruh istrinya sebesar 15% dan kekuatan bisikanku sebesar 25%. Tak pelak, tinggallah kekuatan akal sehatnya hanya sebesar 10%. Dalam keadaan lemah itu, Adam memakan buah khuldi. Buah larangan.

Akhirnya, pelanggaran terhadap larangan Tuhan yang di lakukan oleh Adam itu, tercatat sebagai kemenanganku yang pertama. Dan dengan demikian, terlepaslah kedudukan istimewa Adam. Saat itulah merupakan saat pesta pora pertama yang tak terlupakan sepanjang sejarah. Aku merengguk anggur kemenangan. Sekejap aku dapat melupakan kepedihan luka hatiku terusir dari sisi-Nya.

Beberapa waktu berlalu, maka Tuhan menempatkan Adam dibumi. Semenjak pertama kali Adam menginjakkan kaki dibumi, jadilah bumi sebagai padang pertarunganku yang tiada henti-hentinya dengan manusia. Zaman demi zaman, dari satu pertarungan ke petarungan yang lainnya. Kerengguk kekalahan dan kemenangan. Kemenangan kujadikan kekayaanku. Dan kekalahan kujadikan pedoman perjuanganku. Tekadku satu : mengibarkan bendera prahara dan huru-hara.


Dibalik tabir pori-pori udara, berjuta-juta makhluk setan berpesta pora. Zaman kemajuan merupakan panen raya anak-anak cucuku. Kemajuan yang disertai perongrongan moral, membuat hawa nafsu merajalela tanpa batas. Manusia terjerumus besar-besaran berjuang dosa.

Namun ketahuilah, dalam palung hatiku terselip kesedihan. Sering aku tak menemukan musuh sepadan. Manusia-manusia bagaikan rumput kering, dihantam angin sedikit saja sudah berterbangan dan terkapar. Keperkasaanku sebagai makhluk api menjadi sia-sia belaka. Akhirnya, terbit penyesalan terhadap pembangkanganku terhadap Tuhan. Penyesalan lama berdarah lagi!

Perasaan berdosa sering menggoda. Mau tak mau aku teringat peristiwa pertemuanku dengan Nabi Musa. Pada suatu, ketika aku mendatangi Nabi Musa. “Hai Musa, kaulah yang dipilih Allah untuk membawa risalahNya. Dan kau pula yang pernah di ajakNya berkata-kata muka dengan muka”.

“Ya, akulah Musa. Penghulu di antara bangsa Israel!” sahut Musa. “Lantas siapa kau dan apa maumu?” “Aku adalah salah satu makhluk Allah yang telah berdosa. Dan kini, aku mau bertobat. Mohonkanlah kepada Allah, agar supaya menerima tobatku!” Nabi Musa menyanggupi. Ia segera memohon kepada Allah. Sedang beberapa saat, Musa memperoleh jawaban.


” Karya Herly Sauri “

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 3)

Part - 3

Sabda Allah


GENESIS

“Hai Musa, telah aku perkenankan permohonan ini!” sabda Allah kepada Musa, “namun sekarang, suruhlah Iblis itu sujud hormat kepada makam Adam. Barulah ia berhak menerima pengampunanku.!”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 4)

Part - 4

GENESIS

“Wah, Bos sudah menganut birokratism, kalau begitu!” “Aku tak peduli ………!” Jeritku sambil menendang seekor setan yang kebetulan ada di dekatku. ”Ketidak disiplinan kalian membuatku frustasi!” “Nah. Kalau tak keliru Bos terjangkit brain fag syndrome!” tuding seekor setan disamping.

Para keturunan setan berkumpul

“Apa itu?” dengusku marah. “Kelelahan otak karena terlalu banyak berpikir!” katanya cengengesan. Atau sudah waktunya Bos mengambil masa pensiun. !” Tanpa dinyana terjadi keributan luar biasa. Setan yang tadi memberi nasehat tiba-tiba digebuki oleh setan-setan yang lainnya. Tak ampun lagi, setan nahas itu jadi hancur lebur. Untungnya ia makhluk setan, sebentar kemudian pulih kembali sebagai setan. Bahkan ia tampak lebih segar dari semula.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 5)

Part - 5

GENESIS

Langit kelam tetap bisu. Tak ada satu gerakpun tampak. Senyap menyelimuti bentangan langit jagad raya. “Aku akan membuat kerusakan dan kedurhakaan kepadaMu, Wahai Penguasa Alam Semesta!” pekikku menggelegar bagai petir. “Saksikanlah dan jawablah!''


Langit enggan disapa. Langit kelam tetap membisu. Tak ada satu gerakpun tampak. Senyap menyelimuti bentangan langit jagad raya. Aku tertunduk. Mengulum kemurkaan. Dalam saat itu, timbul sebuah prasangka, seakan-akan Tuhan membiarkan diri umat manusianya sendirian menghadapi aku. Percaya bahwa manusia akan sanggup mengalahkan tipu dayaku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 6)

Part - 6

GENESIS
Zaman terus beranjak. Dan banyak membaca jejak-jejak hasil rekayasa anak-anak cucuku di segala sector kehidupan umat manusia. Zaman ini telah menempatkan orang-orang yang bernafsu cemerlang kepuncak-puncak kedudukan istimewa. Bahkan nyaris lenggam perubahan dan perkembangan, zaman ini sesuai blueprint mbalelo pada setan. Manusia-manusianya mengikuti arus zaman secara sukarela. Ya, inilah zaman yang menciptakan perhambaan terhadap berhala-hala kemajuan.


Maka zaman ini pun menjadi sebuah panggung sandiwara. Sebagai pentas merajalelanya hawa nafsu. Sebagai pengembara yang cukup pas untuk zaman ini. Cobalah simak kata-kata Boris Pasternak yang diguratkan dalam novelnya yang kondang, dr zhivago: “Cobalah beri mereka tambang, demi Tuhan, sebentar lagi yang satu sudah mencekik leher yang lain”.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 7)

Part - 7


GENESIS

Kapan berdiri penuh dengan kesabaran dan penuh perhitungan. Aku tengadah. Matahari terik sekali. Siag bolong. Namun jalanan tampak lenggang. Aku bersyukur. Demi buntut ikan pari, untung benar aku! Mobil sedan panjang itu tampak dari kejauhan. Melesat dengan kecepatan sedang.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 8)

Part - 8


GENESIS

“Wah, terima kasih kalau begitu!” sahutku sambil menepuk telapak tangan dokter setengah baya itu. “Namun, percayalah aku tak apa-apa!”
sekilas kulihat sorot mata seperti menyelidiki dari dokter Admon. Tergurat pancaran kekecewaan dan curiga.

“Tetapi aku merasa ada sesuatu yang asing dengan keadaan Pak Zalbak!” katanya tak terduga.
“Maksudmu, Dok?” aku terkesiap.
“Aku yakin ada yang tak beres dengan Bapak!” katanya mantap. Untuk menutupi kegugupan, aku tertawa terbahak-bahak. Dan tanganku kembali menepuk-nepuk tangan dokter itu.
“Baiklah, baiklah, Dok!” kataku sambil tersenyum. “Aku akan melaksanakan nasehat itu!”



Zalbak

Agar kecurigaan dr Admon tak terlanjur, maka aku harus beristirahat. Aku harus berhati-hati terhadap orang yang satu ini, pikirku. Karena bagaiman dr Admon adalah orang yang sangat dekat denganku.
Sebagai dokter pribadi, ia acapkali memeriksaku luar-dalam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 9)

Part - 9

GENESIS

aku, dapat berubah-ubah jenis kelamin. Mau jadi laki, atau jenis betina, bahkan bencong alias AC/DC sekalipun, bisa juga. Hehehe.
“Mengapa tidak boleh sayang?” tanya Donyanyin tersebut.
Aku tersenyum masam. Tanganku memeriksa selangkanganku. Ternyata di sana, aku menemukan alat vital………Zalbak. Serta merta aku terbahak-bahak. Senang juga menjadi manusia sempurna, pikirku. Sebagai manusia, kini aku begitu nafsu untuk menggarap Donyanyin.

Dengan sekuat tenaga, aku balik tubuh sintal itu. Dengan kasar, kurobek pakaiannya. Maka kini Donyanyin kutindi tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya. Donyanyin berdesah. Nafasnya bagai ombak di pantai. Nafasnya bagai badai. Ingin ku ciptakan simponi percintaan yang paling indah dan penuh gemuruh.


“Oh, Papa sayang, cepatlah, cepatlah………..!” desah Donyanyin.
Tiba-tiba aku terkejut. Dahiku berkeringat. Dadaku penuh gejolak kemarahan. Setelah sekian lama dengan Donyanyin, ternyata alat vital Zalbak tetap mampus. Tak bangun-bangun. Aku mengerang. Kemudian, pelukanku mengendur.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

" BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 10)

Part - 10

Dengan kemampuanku, maka dalam sekejab muncul hologram ditengah-tengah ruangan itu. Memproyeksikan figure seorang laki-laki. Perawakannya sedang-sedang saja. Rambutnya terurai sebahu dan berombak.


Wajahnya hitam cerah dan memiliki garis-garis tegas dan kuat. Menandakan kerasnya kemauan. Tatapan matanya mirip mata elang, tajam, dan tampak dalam. “Akan kuhancurkan kau, kunyuk!” desisku penuh dendam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 11)

Part - 11

“Ancaman siapa?” tanyakku penasaran. Sejurus aku diam. Memang kuakui, sebagai orang kaya, mempunyai kedudukan, berpengaruh di masyarakat, tak bisa tidak Zalbak pasti punya seteru dan saingan. Tak mustahil ancaman terhadap keslamatan pasti datang setiap saat.


Namun bukankah orang-orang Zalbak sudah banyak, mengapa sekarang harus susah-susah mencari pengawal baru lagi?

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 13)

Part - 13


“Sudah, diaaam …….!”

Dengan wajah tololnya, akhirnya Morgin bungkam. Aku tak habis pikir, bagaimana orang dengan wajah tolol seperti Morgin masih memikirkan nama baik dan kehormatan.

Bukankah sebaliknya sifat yang sering di tunjukkan oleh kebanyakkan manusia, demi sebuah tujuan manusia rela kehilangan nama baik dan kehormatan.

Dan hal itu terbukti oleh kesalahan pertama yang dilakukan oleh nenek moyang manusia sendiri. Adam.

“Tetapi, aku pikir ……….” celetuk Morgin.

“Diam kau,” aku benar-benar kesal.

“Aku membutuhkanmu bukan untuk berpikir. Dan harus tahu satu hal, Morgin…….”

“Apa, Bos?”

“Orang dengan model kepala seperti milikmu itu selamanya tak bisa di gunakan untuk berpikir,” tukasku tepat dengan nada tajam dan sinis. “Catat kata-kata itu!”

Seketika wajah Morgin merah padam. Matanya menatap tajam. Kulihat dari riak wajahnya ada kobaran kemurkaan. Dan benar juga, Morgin menyuruh sopir menghentikan kendaraan.
Pelan-pelan ia membuka pintu sambil berkata.

“Bos, aku tersinggung. Bagaimana pun wajahku tampak bebal. Namun otakku tak setolol wajahku. Mulai hari ini, aku ingin berhenti bekerja!”


Morgin keluar. Wajahnya masih merah padam. Aku tak menyangkah Morgin akan semarah itu. Aku perhatikan ceruk matanya. Aku tahu sesungguhnya Morgin sama sekali tak menghendaki keputusan yang baru di ucapkan. Hanya karena aku telah menyerang harga dirinya, maka Morgin mengambil keputusan yang bertentangan dengan hatinya sendiri. Bagaimana orang semacam Morgin membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.



Aku menunggu. Tak lama lagi, orang ini akan menyembah untuk mengubah keputusannya. Namun, Morgin tetap membisu. Hanya matanya yang terus menatap tajam. Lewat sinar matanya. Morgin mengharap aku berbelas kasihan untuk mengajaknya kembali dan memaafkan kesalahannya.
Namun, aku justru merasa tertantang. Betulkah dengan dalih demi membela harga diri, manusia sanggup melakukan apa saja. Termasuk kehilangan pekerjaan sekalipun butuh!



Perjalanan menuju rumah kediaman Domokus

“Berangkat, Pir!” aku memerintah sopir untuk menjalankan kendaraan. Dan Morgin tetap menatapku tajam. “Selamat tinggal Morgin!”

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 12)

Part - 12 
“Oh, ya Pegas……….” aku kembali tersenyum. “Kalau kau ingin melakukan sebuah pekerjaan penting, maka lakukan lagi perintahku kali ini”.
“Perintah apa, Tuan?” ia tersenyum senang.

“Kalau Nyonya Besarmu datang,  suruh ia angkat kaki juga dari rumah ini.  Kalau kau tak melakukan perintah ini, maka riwayatmu tamat sampai di sini”.

Sebelum Pegas sempat terperanjat, aku telah pergi meninggalkan Kepala Pelayan yang di landa kebingungan luar biasa itu. Mungkin sekarang ia merasakan dunia telah terbalik sungsang. Sampai aku pergi, ia tetap sendiri mematung.


Dari dalam mobil limosine, aku jelalatan memandang kesibukkan keseharian manusia. Aku tersenyum puas. Ternyata , kemajuan yang kini merebak di segala bidang kehidupan, membuat manusianya hanya di sibukkan urusan mengejar materi dan kesenangan belaka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 14)

Part - 14

Sejak terjadinya kerja sama antara Domokus dan Jin Iffrit itu, Domokus mulai dikenal memeliki kemampuan melebihi manusia kebanyakkan. Dari orang-orang yang paling awam sampai pejabat-pejabat berdatangan meminta restu dan petunjuk kepadanya.


Morgin pernah bercerita, bahwa suatu hari Domokus di lecehkan oleh seorang pejabat. Maka pada saat itu pula, Domokus memperlihatkan kelebihannya.

Domokus menunjukan kekuatan supranaturalnya

Dia mengarahkan jari telunjuknya ke arah sebatang pohon kates dari kejauhan. Buah kates yang lebat langsung berjatuhan. Akh, ulah semacam itu bukan hal aneh bagi duniaku. Kemampuan memindahkan objek berdasarkan konsentrasi pikiran.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 15)

Part - 15

Tanpa ragu-ragu Morgin langsung memanggul tubuhku kembali. Ia berjalan mengekor di belakang Domokus.

Rumah kediaman Domokus

Rumah Domokus sungguh menarik. bangunannya besar dan artistik. Namun seluruh bangunan terdiri dari atas anyaman bambu alias gedhek. Di kelilingi aneka bunga. Dan bermacam-macam jenis anggrek tampak bergantungan di mana-mana. Keadaan rumah itu tampak sepi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

'' BUKU HARIAN IBLIS '' (Part 16)


Part - 16

“Sekarang, “hardikku menggelegar, “bersujud kau!”
Tanpa di perintah untuk kedua kalinya, Jin nahas itu langsung membenturkan jidatnya ke lantai. Memberikan sujud penghormatan kepada rajanya.

“Duduk dan dengarkan aku!”

Jin menyembah Iblis
“Oke, Bos!”

“Kampret!” aku betul-betul muak dengan sahutannya itu. “Kalau kau menyahut dengan basa-basi, kuinjak kepalamu!”


“Ok, Bos!”

“Sialan tiga belas!” tanpa basa-basi lagi, segera kuinjak kepalanya. “Mampuslah kau dengan okey, Bos-mu itu!”

“Okey, Bos!”


Dasar ia makhluk halus, sebentar saja ku lumarkan kepalanya sudah utuh seperti sedia kala. Maka, aku hanya dapat mengelus dada karena di rasuki kemarahan yang amat sangat.


“Baiklah, sekehendakmu, “kataku putus asa. “Sekarang dengar perkataanku!”

“Okey……..!”


Aku diam beberapa saat lamanya. Mengelus dada menyabarkan diri atas ketengikan anak buahku itu.


“Aku turun kembali ke bumi, tak lain dan tak bukan karena desakan anak-anak cucuku. Setelah masa demi masa berlalu, dari satu generasi ke generasi, mereka mulai melecehkan kemampuanku. Tiba-tiba mereka mengajukan seorang anak manusia untuk kutaklukkan. Mereka ingin bukti, apakah aku masih mempunyai kemampuan seperti dahulu.”


“Kalau boleh aku berpendapat ………..?” tiba-tiba Jin Iffrit menyela. “Bolehkah, Bos…..?”


“Baik katakanlah!”

“Barangkali mereka tak dapat terlalu disalahkan.”

“Mengapa kau berpendapat begitu?” aku penasaran.

“Barangkali sampai detik ini, Bos masih mempunyai asumsi klasik, bahwa generasi terdahulu lebih baik ketimbang generasi sebelumnya. Dengan dasar generasi terdahulu lebih dekat kepada pembawa risalah kebenaran. Yaitu Nabi dan agamanya.”


“Sedangkan pada kenyataannya justru sebaliknya. Di setiap zaman, tantangan hidup manusia berbeda-beda. Semakin lama corak hidup kebudayaan manusia semakin berkembang dengan pesat. Tentu saja tingkat godaan dan tantangan pun semakin banyak. “Maka berlaku ketentuan manusia yang baik di zaman sekarang, betul-betul melewati ujian dan godaan yang sangat besar.”



Aku menganggu-angguk. Walaupun dalam hati masih terdapat ganjalan.


“Jin Iffrit, ”kataku kemudian setelah lama merenung. “Barangkali kau benar. Karena aku memang sudah lama tak turun ke bumi. Sedangkan senantiasa berdekatan dengan denyut jantung kehidupan manusia. Maka secara sesiologi, kaulah ahlinya.”


Jin Iffrit yang di puji merasa bangga.


“Ya, memang begitulah keadaan sebenarnya, Bos!” katanya sambil membusungkan dadanya. “Kalau tentang manusia, maka akulah pakarnya.”

Mendengar ucapan Jin Iffrit, aku tertawa terbahak-bahak. Dan Jin Iffrit menimpali tertawa meledak-ledak.

“Huaahahahahaha …..!”

“Huahahahhihihihhehehe ………….!”


Sekarang, cobalah kau jelaskan kehidupan manusia akhir zaman ini.”


Jin Iffrit tampak merenung. Keningnya berkerut. Menandakan ia tengah berpikir keras.

“Sesungguhnya zaman ini, merupakan zaman kegemilangan kemenangan kita, Jin Iffrit mulai menerangkan. “Zaman ini ibarat sebuah perusahaan. Manusia di demoralisasikan dalam waktu yang relative singkat sesingkat-singkatnya. Dan dalam jumlah yang tak terhingga banyaknya dengan harga yang semurah-murahnya.


“Kemajuan zaman, di satu sisi yang paling potensial justru menjauhkan makhluk manusia dengan penciptanya. Tuhan menjadi sesuatu yang sangat jauh dari kehidupan dari sebagian besar umat manusia. Tuhan menjadi sesuatu yang asing dan tersembunyi. Oleh karena itu, apabila mau jujur manusia akan mengatakan  bahwa sebenarnya mereka tak tahu akan Tuhan, dan bahkan mereka tak tahu apakah mereka mempercayai-Nya. Kondisi ini tak lain tak bukan karena kehidupan manusia sepenuhnya di kuasai oleh satu rezim baru. Sebuah rezim yang sama sekali di luar perhitungan manusianya sendiri.”



“Aku terkejut. Rezim manakah yang sampai tuntas menguasai kehidupan manusia dengan sempurna. Jin Iffrit masih bungkam. Ia seakan-akan menimbang-nimbang kata-kata selanjutnya.


“Rezim apakah itu, Jin Iffrit?’ tanyaku tak sabar.


Jin Iffrit menyeringai. Seakan mengerti kecemasanku.


“Jangan khawatir. Rezim itu tak pernah mengancam kehidupan kita,” katanya sambil tersenyum. “Karena rezim itu kemajuan tehnologi!”


“Rezim teknik?”


“Ya. Tidak salah!”




Technology



Aku bungkam. Demikian juga Jin Iffrit. Kebisuan menjadi selubung antara aku dengannya. Aku memang tak menyangkal bahwa kemajuan  - Katakan saja kemajuan tehnik - telah membawa perubahan-perubahan pada cara berpikir dan cara hidup manusia. Namun, aku sebagai pengembara zaman, telah banyak mengenyam asam garam keunikan makhluk tanah liat itu. Ya, manusia adalah sebuah pribadi penuh misteri. Barangkali ucapan Jin Iffrit benar dengan kursif relatif. Karena untuk sebagai manusia, masa lampaunya yang historis merupakan faktor dasar untuk melongok hidupnya hari ini dan masa depan.



Manusia, ya, manusia tak lain dan tak bukan adalah kunci  misteri pengetahuan. Dalam diri manusia terdapat sesuatu yang sangat esential dan fundamental: kebesarannya, pengetahuaannya, dan daya ciptanya. Membuat ia menjadi makhluk yang senantiasa gelisah dan senantiasa mencari. Manusia adalah suatu pribadi yang hidup!



“Jin Iffrit, ” aku memandang wujud anak buahku itu dengan sorot mata tajam, “seharusnya aku menerima pendapatmu itu. Namun betapa logikaku mempunyai kutub yang berbeda dari yang kuinginkan.”


“Apa maksudmu, Bos?” ia tampak penasaran.


Aku merenung sebelum memberi jawaban.


“Dalam diri manusia yang kucemaskan, tak lain dan tak bukan: manusia itu identik dengan sebuah ketidaktentuan!”


“Mengapa demikian, Bos?”






” Karya Herly Sauri “

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS